Skip to main content

Sepuluh Trivia Film “RoboCop

Meski dianggap inferior dari film aslinya, “RoboCop” (2014) yang berada di bawah arahan José Padilha cukup mengejutkan karena diperbolehkan melontarkan pertanyaan-pertanyaan politis dan eksistensialis dalam balutan hiburan dengan rating PG-13.

Penonton boleh jadi terbelah antara suka ataupun tidak suka dengan film ulang buat yang mencoba untuk berjarak dengan suguhan klasik dari Paul Verhoeven ini. Tetapi, beberapa kisah belakang layarnya mungkin dapat meyakinkan Anda bahwa film barunya ini bukan hanya sebuah kisah daur ulang yang malas, tetapi sudah berusaha untuk menyatakan sesuatu yang relevan. Ingin tahu lebih banyak tentang film ini? Berikut adalah sepuluh trivia dari film “RoboCop”:
Joel Kinnaman in Columbia Pictures' "Robocop" - 2014
1 / 7
Yahoo Movies | Foto oleh Columbia / MGM


1.Pertemuan Padilha dengan MGM

Sebelum jatuh ke tangan Padilha, pembuatan ulang film “RoboCop” awalnya ditawarkan pada Darren Aronofsky. Tetapi, perbedaan pendapat antara studio dan sang sutradara membukakan pintu untuk persektif lain, yang ternyata mereka peroleh dari sosok Padilha yang belum pernah membuat film Hollywood sama sekali – “Bus 174” (2002), “Elite Squad” (2007), dan “Elite Squad: The Enemy Within” (2010) merupakan film dari Brazil.

Permulaan dari keterlibatan Padilha dalam proyek “RoboCop” dimulai dengan tidak sengaja saat ia sedang rapat bersama John Glickman dan Roger Birnbaum di MGM. Saat mereka bertanya apa proyek yang menurut Padilha menarik untuk dikerjakan, ia menunjuk pada poster lawas “RoboCop” (1987) yang kebetulan ada di ruangan tersebut. Dalam kalimat singkat, Padilha melontarkan idenya mengenai kisah RoboCop baru yang ingin dibuatnya bila ia diberi kesempatan.

“Di ruangan tersebut ada poster RoboCop. Akhirnya saya bilang pada mereka, apakah mereka punya hak untuk RoboCop? Dan mereka menjawab, ‘Iya.’ Saya bertanya siapa yang sekarang jadi sutradaranya, apakah ini masih dipegang Aronofsky. ‘Tidak.’ ‘Bisakah saya mengerjakannya. Karena saya punya ide. Karena inilah yang harusnya kita buat.’ Dan mereka bertanya balik, ‘Apa maksud kamu?’ Lalu saya bilang, jadi begini, saya ingin membawanya ke masa depan yang tidak terlalu jauh. Amerika menggunakan robot untuk perang. Semua orang. Di mana pun. Tetapi mereka tidak mengizinkan adanya robot di rumah mereka sendiri karena ada hukum yang melarangnya. Dan perusahaan ini mau mengubah hukumnya dan menciptakan RoboCop untuk meyakinkan orang Amerika bahwa keberadaan robot-robot ini merupakan sesuatu yang baik. Saya mengatakan ini di saat itu juga,” ungkap Padilha pada SlashFilm.

Saat itu, persiapan maupun naskah untuk proyek film ulang buat ini sama sekali belum dipersiapkan. Tetapi, karena ide yang diutarakan oleh Padilha begitu mengesankan MGM, dua hari kemudian agen sang sutradara dengan terkejut mengabari Padilha bahwa pihak studio telah menawarkan agar ia mengambil alih proyek ini.

2. Salah Paham dengan Fernando Meirelles

Tanda tanya pertama dari kesuksesan film ulang buat ini dimulai saat sebuah rumor mengenai ketidakpuasan Padilha dengan MGM mulai menyeruak ke permukaan. Dalam rumor yang bersumber dari Fernando Meirelles – sutradara “City of God” (2002), “The Constant Gardener” (2005), dan “360” (2011) – tersebut, Padilha dicurigai berada dalam situasi sulit dengan studio pembuat filmnya karena idenya terus-terusan ditolak.

Setelahnya, Padilha mencoba untuk meluruskan berita miring ini. Komentar yang diperoleh dari Meirelles ternyata merupakan urusan salah persepsi yang diambil keluar konteks. “Sebenarnya, itu tidak pernah terjadi,” terangnya. “Fernando belakangan menelpon, ia minta maaf karena perkataannya disalahartikan. Ngomong-ngomong, saya tidak pernah menelpon Fernando. Editor saya yang sedang bersama saya menelpon Fernando untuk bicara tentang film lain. Dan kami bicara, pada saat itu filmnya sendiri bahkan belum disyuting, lalu gosip tersebut beredar.”

3. Inspirasi dari Francis Bacon

Perubahan yang terjadi pada Alex Murphy secara fisik dan emosional merupakan hal utama yang diangkat dalam kisah mengenai seorang polisi setengah manusia dan setengah mesin ini. Sebelum produksi dimulai, Padilha mengirimkan beberapa foto lukisan karya Francis Bacon pada sang desainer produksi, Martin Whist, sebagai panduan metafora visual dari filmnya. Whist kemudian menggunakan lukisan-lukisan karya Bacon sebagai inspirasi untuk menjelaskan perjalanan Murphy secara tematik dalam aspek spasial dengan menampilkan arsitektur dan interior yang terinspirasi dari karya sang pelukis yang memang banyak bercerita mengenai sosok yang terisolasi.

Salah satu set yang banyak dipengaruhi oleh lukisan Bacon adalah laboratorium yang digunakan Dr. Dennett Norton (Gary Oldman) untuk menampung Murphy. “Laboratoriumnya merupakan semacam versi 3D dari lukisan Bacon, di mana arsitekturnya sendiri sangat sederhana, lurus, dengan garis-garis memanjang, 90 derajat, seakan seperti sedang meniru gaya lukisan Bacon,” kata Whist pada PCMag. Dengan posisi perangkat penunjang hidup RoboCop yang berada di tengah-tengah laboratorium tersebut, ia membuat seakan-akan Murphy merupakan sosok dalam lukisan Bacon – seorang pria yang terperangkap. Di filmnya sendiri, Whist sengaja memajang salah satu lukisan tiga bingkai karya Bacon di dinding kantor CEO OmniCorp, Raymond Sellars (Michael Keaton).

4. Batman dan RoboCop

Legacy Effects ditunjuk untuk membuat armor RoboCop dalam berbagai variasinya. Perusahaan efek spesial ini telah sering kali mengerjakan proyek-proyek yang secara khusus berkaitan dengan pembuatan live action suit dan armor melalui film-film seperti “Iron Man” (2008) dan “Pacific Rim” (2013). Untuk RoboCop sendiri, Whist yang terkesan dengan material seperti graphene mencoba untuk membuat armor RoboCop dan beberapa perangkat genggam yang mereka gunakan terlihat futuristik dan realistis di saat yang sama melalui penggunaan bahan yang mungkin sekali akan digunakan di tahun-tahun mendatang ini.

Setelah tim yang dipimpin Whist mencetak bagian-bagian dari armor RoboCop dengan 3D printer, Legacy Effects kemudian membangun tiga jenis armor untuk digunakan saat awal, pertengahan, dan akhir film dengan bentuk dan warna yang berbeda sesuai dengan perkembangan cerita. Meski pemeran Murphy, Joel Kinnaman, mengungkapkan bahwa kostumnya sangat tidak nyaman, Michael Keaton yang lebih dari dua dekade lalu pernah beperan sebagai Batman dengan bercanda menguliahi Kinnaman yang dianggapnya sudah lebih beruntung karena jaman dulu, kostum yang dikenakannya jauh lebih tidak nyaman karena harus dilem langsung ke tubuhnya. Apalagi, sebagai perbandingan, kostum yang dikenakan oleh Kinnaman punya pendingin sendiri dan juga bisa dilepas di beberapa bagian, kalau-kalau ia perlu pergi ke toilet.

5. Pahlawan yang Diamputasi

Bagi Joel Kinnaman, adegan paling menantang dalam film “RoboCop” adalah bagian dimana Dr. Norton melepaskan armor-nya dan memperlihatkan bahwa bagian yang tersisa dari tubuh Murphy tinggal kepala, satu tangan, dan sistem pernafasannya saja.

Dalam adegan yang sangat mengharukan ini, kru perlu untuk menangkap emosi Kinnaman tanpa memperbolehkannya untuk bergerak sedikitpun, agar dapat mempertahankan ilusi bahwa ia sudah tidak punya bagian tubuh yang dapat digerakan lagi. Supaya Kinnaman tidak bergerak sama sekali, kru pun mengikat bagian belakang helm yang dikenakannya ke kursi yang didudukinya.

“Jadi ada seseorang yang menarik kepala saya – mereka mengikatkan kawat tembaga di belakang kepala saya, melalui helmnya, yang mereka tempelkan ke kursi supaya saya tidak bisa bergerak. Karena, begitu saya menggerakkan kepala, mereka tak dapat menggunakan shot tersebut. Jadi ini sedikit meningkatkan tingkat kesulitannya,” kata Kinnaman dalam wawancaranya dengan Den of Geek.

6. Ford Taurus

Dalam film aslinya, mobil-mobil yang dikendarai oleh mereka yang bekerja di Departemen Polisi Detroit adalah Ford Taurus generasi pertama. Tetapi, Ford sendiri tidak tertarik untuk mensponsori film ini sehingga Verhoeven dan krunya harus membeli sendiri mobil-mobil ini untuk syuting. Beberapa perubahan yang diaplikasikan dalam mobil ini adalah lampu polisi, pemasangan komputer portabel, serta tempat senjata di dasbor. Dalam film barunya, untuk menghormati film aslinya, Martin Whist kembali memilih Ford Taurus – yang lagi-lagi bukan hasil perjanjian sponsor – model terbaru yang telah mereka modifikasi.

7. Kawasaki Z-1000

Meski film “RoboCop” Verhoeven tidak menampilkan penggunaan sepeda motor, jauh sebelum Joshua Zetumer akhirnya menyelesaikan naskah film ini, Padilha sudah memutuskan bahwa Murphy butuh kendaraan yang dirancang untuknya sendiri. Karena menganggap bahwa mobilitas RoboCop versi baru merupakan sesuatu yang penting, Murphy yang di film aslinya kemana-mana pergi dengan mobil polisi kini beraksi di jalanan dengan sebuah sepeda motor khusus.

Untuk menciptakan motor ini, Martin Whist menggunakan Kawasaki Z-1000 yang telah dipreteli sampai tinggal kerangkanya saja, lalu dimodifikasi bentuknya dengan menggunakan bahan mirip serat kaca untuk membuatnya terlihat lebih panjang. Untuk menghilangkan suara sepeda motor berwarna hitam ini, tim dari Whist menyingkirkan suara latarnya secara digital dan menggantikannya dengan suara deruan mesin yang lebih halus.

Sebanyak empat buat sepeda motor ini dibangun untuk dikendarai Kinnaman dan stuntrider-nya, David Castillo. Meski demikian, sebenarnya sepeda-sepeda motor ini sangat sulit dikendalikan. “Sebenarnya ini susah dikendarai,” kata Whist menjelaskan pada LA Times. “Ini tidak selincah dan seresponsif sepeda motor biasa. Tetapi kami tidak ingin terus-terusan mengandalkan CGI setiap kali RoboCop mengendarai sepeda motornya. Jadi untuk kebanyakan adegannya, benar-benar ada orang yang mengendarai sepeda motor tersebut.”

8. Boba Fett

Selain memperbarui tampilan robot ED-209 yang berasal dari film aslinya, Whist juga menghadirkan sosok robot baru yang dinamakan EM-208. EM-208 sendiri menurutnya terinspirasi dari sosok Boba Fett (karakter di franchise “Star Wars”). Untuk adegan patroli di Teheran, sosok-sosok EM-208 di lapangan digantikan oleh orang-orang berkostum khusus yang kemudian diganti secara digital menjadi sekumpulan robot.

Menurut VFX supervisor dari Framestore, Rob Duncan, timnya tidak menggunakan motion capture untuk EM-208 karena ia membutuhkan gerakan seragam untuk para robot yang dibuat secara massal ini. “Kalau Anda punya sekelompok robot yang merupakan hasil manufaktur yang sama dengan perangkat lunak yang sama di dalamnya, mereka akan cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang sama dibanding menggunakan motion capture dari enam orang yang berbeda,” katanya dalam situs Framestore. “Bahkan dengan koreografi detail tetap akan ada terlalu banyak perbedaan.”

9. Vancouver Convention Center

Dalam adegan aksi besar terakhir antara RoboCop dan ED-209 di gedung OmniCorp, visual effects supervisor film ini, James E. Price, harus berhati-hati karena mereka memutuskan untuk syuting di Vancouver Convention Center yang tentu saja tak boleh dirusak. “OmniCorp adalah perusahaan besar dan kami mencari lokasi yang akan cocok dengan ini. Kami menemukannya di VCC. Apa yang sebenarnya kami lakukan adalah mengubah tempat ini menjadi lobi gedungnya, jadi kalau dari eksterior gedung OmniCorp, bila Anda melihat dengan seksama, Anda bisa melihat model akurat dari gedung konvensi ini di dasarnya.”

Pada FXGuide, Price menjelaskan bahwa dengan keterbatasan yang mereka hadapi, syuting yang melibatkan adegan aksi ekstensif ini hanya bisa memfasilitasi efek praktis yang minor, seperti tiang yang meledak, dan menampilkan Kinnaman beraksi bersama stunt double-nya di beberapa adegan. Sisanya harus dikerjakan secara digital. Untuk menghancurkan kaca-kaca di gedung tersebut dan mengetahui bagian-bagian spesifik mana saja yang harus dirusak, tim dari Framestore menggunakan sistem peluru khusus yang dipakai untuk melacak kemana arah peluru dari ED-209 dan RoboCop ditembakkan supaya mereka dapat menghasilkan visualisasi efek kerusakan dan debu di film ini dengan baik.

10. PG-13

Salah satu hal yang menjaring banyak komentar negatif dari film “RoboCop” yang baru adalah rating PG-13 yang membuat film ini punya banyak perbedaan dengan film aslinya yang diberi rating R. Meski urusan rating ini kabarnya diwajibkan oleh studionya, Padilha sendiri membantah kalau dirinya membuatnya dengan paksaan. Melalui cerita yang dibawanya, Padilha melihat bahwa “RoboCop” tak wajib untuk menampilkan kekerasan dan darah yang berlebihan. Baginya, kekerasan yang ada sudah terwakili oleh bagaimana Murphy berubah dari seorang polisi yang sepenuhnya manusia, menjadi sosok setengah robot yang hampir kehilangan kemanusiaannya di tangan sebuah korporasi.

Meski demikian, ia merasa telah cukup menampilkan hal-hal yang berpotensi akan mempengaruhi ratingnya seperti adegan dimana ED-209 menembak seorang anak laki-laki sampai hancur, atau bagaimana ia menunjukkan sisa-sisa tubuh Murphy di laboratorium Dr. Norton. Dengan MPAA sendiri, adegan-adegan ini akhirnya tak menuai masalah, karena rating PG-13 mereka peroleh dengan mudah tanpa harus membuat banyak perubahan dengan isinya.

“Anda tahu, sebuah film tidak jadi lebih bagus hanya karena ia menampilkan lebih banyak kekerasan. Maksud saya, yang jadi pertimbangan saat Anda membuat film adalah: apakah kekerasannya cocok untuk filmnya? Cocok untuk materi subyeknya, untuk ceritanya,” komentar sang sutradara. “Dalam film RoboCop yang asli Anda perlu menampilkannya. Tetapi, dalam film yang kami buat ini, itu tidak perlu. Karena film ini punya pendekatan yang berbeda.”

Comments

Popular posts from this blog

Tulisan Alquran 30 Juz

Tulisan Alquran 30 Juz Written by Administrator    Saturday, 17 November 2012 19:13 Al-Quran adalah kitab suci ummat Islam. Al-Quran 30 Juz ini adalah tulisan Arab Al-Quran dalam format Microsoft Word yang lengkap 30 Juz. Al-Quran 30 Juz ini memudahkan kita mengutip, menulis kembali atau untuk koleksi tulisan arab Al-Quran 30 juz. Kalau Anda suka atau dirasa cukup bermanfaat, silahkan beri tanda suka pada link facebook di bagian bawah. link download:   30 Juz.zip (503kb) ::   Download Disini

Cara Agar Rumah Tangga Selalu Harmonis

10 Tips Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Buang jauh-jauh pemikiran bahwa menikah muda akan sulit untuk berjalan langgeng! Asalkan orang itu memahami tips-nya, pasangan yang telah menikah di usia muda mampu menjaga keharmonisan rumahtangganya dan senantiasa menjadi pasangan yang abadi. Untuk pasangan muda, berikut artikel penting tentang, “10 Tips yang Menjaga Keharmonisan Rumahtangga”, yaitu: 1. Jangan Pelit Mengatakan “Aku Cinta Kamu” Ada perempuan muda bersuami, apabila dia mengirimi suaminya pesan, di akhir kalimat pada setiap SMS-nya, perempuan muda itu selalu bilang, “Aku Cinta Kamu”. Sekarang cobalah anda terapkan pada pasangan anda. 2. Jadilah Pasangan yang Intim Untuk pasutri mempererat hubungan merupakan modal awal dalam rangka membangun rumahtangga agar selalu harmonis. Kompak, rukun, serta selalu bekerjasama merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap individu dari pasangan. Begitu juga intim saat di tempat tidur. Disinyalir, pasangan suami ist

Prabowo Sindir Wiranto di Film Sang Patriot

TEMPO.CO ,  Jakarta --Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra membela diri atas tudingan menjadi dalang dalam kerusuhan Mei 1998. Pembelaan diri dilakukan bekas Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ini melalui film dokumenter berjudul 'Sang Patriot' yang diproduksi partainya. Salah satu bagian film yang berdurasi sekitar 30 menit ini menggambarkan kerusuhan yang melanda Jakarta dan krisis politik yang terjadi pada Mei 1998 lalu. Mahasiswa menggelar demonstrasi besar-besaran menuntut Presiden Soeharto mundur. Mereka berhadapan langsung dengan aparat bersenjata. Kala itu Prabowo adalah Pangkostrad. "Tidak bisa dipungkiri bahwa di balik kerusuhan ini masih ada sejumlah pertanyaan yang belum bisa dijawab," kata penulis buku Politik Huru Hara Mei 1998, Fadli Zon, dalam testimoninya di film tersebut. "Misalnya, kenapa aparat keamanan tidak mampu untuk mengendalikan (kerusuhan)?" Menurut Wakil Ketua Umum Gerindra ini, Panglima ABRI saat