Skip to main content

Sosok Kartosoewirjo Harus Dilihat Secara Utuh

AL CHAIDAR
PENULIS BUKU DI/TII
Sosok Kartosoewirjo Harus Dilihat Secara Utuh
Oleh; Bilal Ramadhan

Tanggapan anda tentang foto-foto eksekusi di buku hari terakhir kartosoewirjo?
            Saya sudah menerima dan membaca buku yang ditulis Fadli Zon. Saya bersyukur sekali adanya buku dari Fadli Zon yang mengumpulkan foto-foto sangat bersejarah yang mengungkapkan sisi kematian Kartosoewirjo. Selama ini, masa-masa kematian Kartosoewirjo hanya kita ketahui dari sumber pemerintah yang mengatakan tempat pemakamannya di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Tapi dengan adanya buku itu, foto-foto tersebut menjadi sangat berbunyi.

Apa dampak penerbitan foto dan buku itu?
   Sejarah sekarang dipertanyakan, termasuk saya juga menulis buku tentang DI/TII (Darul Islam/Tentang Islam Indonesia) dalam pengertian kematian dan kuburan Kartosoewirjo di Pulau Onrust. Tapi di dalam foto-foto itu ternyata terungkap kuburan Kartosoewirjo berada di Pulai Ubi, Kepulauan Seribu. Pertanyaannya, lalu kuburan yang mengatasnamakan Kartosoewirjo di Pulau Onrust kuburan siapa? Jangan-jangan itu kuburan kosong yang sengaja dibuat pemerintah untuk mengaburkan fakta-fakta terkait kematian Kartosoewirjo. Ini sangat bagus bagi perkembangan penulisan sejarah. Dengan buku ini, sejarah tentang Kartosoewirjo harus berubah. Karena dari sejarah yang ada, kuburan Kartosoewirjo berada di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Kartosoewirjo harus dipandang secara utuh sebagai manusia yang berjasa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan di satu masa pernah berseberangan dengan pemerintahan Soekarno.
Memang juga ada pertanyaan dalam foto itu, istri Kartosoewirjo tidak menggunakan jilbab. Saya fikir itu tidak masalah karena jilbab kan baru banyak yang menggunakan di sini (Indonesia) pada 1980-an. Sedangkan dulu, mungkin cukup menggunakan selendang untuk menutupi kepalanya.

Anda melihat ada misi lain penerbitan buku ini? Apalagi, penulisnya pengurus partai politik?
Menjadi tidak sesuai dengan partai-partai politik saat ini jika mau mendompleng nama besar Kartosoewirjo. Memang Kartosoewirjo merupakan salah satu Pendiri Partai Masyumi dan PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Akan tetapi, dengan membentuk DI/TII, itu menandakan Kartosoewirjo tidak lagi percaya pada partai-partai politik, termasuk partai berbasis Islam. Lagi pula, kalau partai-partai politik di DPR tidak juga ikut memperjuangkan nama Kartosoewirjo untuk direhabilitasi, ya sami mawon (sama saja).

Bisakah buku ini digunakan untuk merehabilitasi nama Kartosoewirjo?
            Bisa saja kalau pemerintah mau untuk merehabilitasi nama Kartosoewirjo atau nama-nama lain, seperti Tan Malaka, dan Syafruddin Prawiranegara. Kita janganlah terjebak dengan sejarah yang ditulis di masa lalu. Apalagi, kalau ada fakta sejarah baru yang mengungkapkan
kebenaran dari sejarah yang sudah ada saat ini. Mereka adalah tokoh yang pantas disebut Pahlawan daripada dicap sebagai pemberontak. Dalam mendirikan DI/TII, Kartosoewirjo sudah sepengetahuan Panglima Besar Jendral Soedirman. Kartosoewirjo juga ikut serta dalam Sumpah Pemuda pada 1928 dan tergabung dalam Jong Islamieten Bond (Perkumpulan Pemuda Islam). Jangan sampai sekarang anak-anak muda melihat Kartosoewirjo hanya sebagai pemberontak tanpa ada penjelasan mengenai jasa-jasanya pada masa sebelum kemerdekaan. Pemerintah harus membuka matanya dan jangan kaku melihat perkembangan sejarah.

Tapi, Pemerintah menganggap Kartosoewirjo sebagai cikal bakal terorisme di Indonesia? 
  Saya akui, terorisme yang berkembang saat ini, bersumber dari gerakan DI/TII yang dipelopori oleh Kartosoewirjo. Seluruh jaringan terorisme yang lama saya katakan, semuanya bersumber dari Kartosoewirjo. Hal itu tidak bisa dipungkiri. Kecuali adanya jaringan baru terorisme yang datang dari luar negeri yang terkait alqaidah. Tapi, ini jangan lantas dianggap sebagai ”cacat”seumur hidup bagi nama Kartosoewirjo. Seperti yang saya katakan, kita harus memandang seorang tokoh dengan utuh. Kalau ada sisi positifnya kan seharusnya ikut dijelaskan dan diungkap kepada masyarakat.

Dikutip dari Prokontra Republika
 Jumat, 7 September 2012/20 Syawal 1433 H

Comments

Popular posts from this blog

Tulisan Alquran 30 Juz

Tulisan Alquran 30 Juz Written by Administrator    Saturday, 17 November 2012 19:13 Al-Quran adalah kitab suci ummat Islam. Al-Quran 30 Juz ini adalah tulisan Arab Al-Quran dalam format Microsoft Word yang lengkap 30 Juz. Al-Quran 30 Juz ini memudahkan kita mengutip, menulis kembali atau untuk koleksi tulisan arab Al-Quran 30 juz. Kalau Anda suka atau dirasa cukup bermanfaat, silahkan beri tanda suka pada link facebook di bagian bawah. link download:   30 Juz.zip (503kb) ::   Download Disini

Cara Agar Rumah Tangga Selalu Harmonis

10 Tips Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Buang jauh-jauh pemikiran bahwa menikah muda akan sulit untuk berjalan langgeng! Asalkan orang itu memahami tips-nya, pasangan yang telah menikah di usia muda mampu menjaga keharmonisan rumahtangganya dan senantiasa menjadi pasangan yang abadi. Untuk pasangan muda, berikut artikel penting tentang, “10 Tips yang Menjaga Keharmonisan Rumahtangga”, yaitu: 1. Jangan Pelit Mengatakan “Aku Cinta Kamu” Ada perempuan muda bersuami, apabila dia mengirimi suaminya pesan, di akhir kalimat pada setiap SMS-nya, perempuan muda itu selalu bilang, “Aku Cinta Kamu”. Sekarang cobalah anda terapkan pada pasangan anda. 2. Jadilah Pasangan yang Intim Untuk pasutri mempererat hubungan merupakan modal awal dalam rangka membangun rumahtangga agar selalu harmonis. Kompak, rukun, serta selalu bekerjasama merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap individu dari pasangan. Begitu juga intim saat di tempat tidur. Disinyalir, pasangan suami ist

Prabowo Sindir Wiranto di Film Sang Patriot

TEMPO.CO ,  Jakarta --Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra membela diri atas tudingan menjadi dalang dalam kerusuhan Mei 1998. Pembelaan diri dilakukan bekas Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ini melalui film dokumenter berjudul 'Sang Patriot' yang diproduksi partainya. Salah satu bagian film yang berdurasi sekitar 30 menit ini menggambarkan kerusuhan yang melanda Jakarta dan krisis politik yang terjadi pada Mei 1998 lalu. Mahasiswa menggelar demonstrasi besar-besaran menuntut Presiden Soeharto mundur. Mereka berhadapan langsung dengan aparat bersenjata. Kala itu Prabowo adalah Pangkostrad. "Tidak bisa dipungkiri bahwa di balik kerusuhan ini masih ada sejumlah pertanyaan yang belum bisa dijawab," kata penulis buku Politik Huru Hara Mei 1998, Fadli Zon, dalam testimoninya di film tersebut. "Misalnya, kenapa aparat keamanan tidak mampu untuk mengendalikan (kerusuhan)?" Menurut Wakil Ketua Umum Gerindra ini, Panglima ABRI saat