Dokter spesialis anak dari RS Bethesda Yogyakarta, Dr.d r. Fx Wikan Indrarto, spA, mengatakan, kesulitan bernapas pada bayi yang baru lahir pada umumnya disebabkan fungsi paru-paru yang belum sempurna. Ini paling sering dijumpai pada bayi lahir terlalu awal atau biasa disebut bayi prematur.
“Selain itu, ada penyebab lain seperti infeksi paru-paru, sumbatan jalan napas karena tersedak, cacat bawaan, ataupun gangguan pusat pengaturan pernapasan di otak. Hal itu dapat terjadi meskipun tidak terlalu sering,” urai Doktor Ilmu Kedokteran Klinik ini.
Berikut adalah bayi yang berisiko mengalami kesulitan bernapas;
• Bayi prematur atau bayi yang lahir terlalu awal (usia kehamilan kurang dari normal).
• Bayi dengan BBLSR (Berat Badan Lahir Sangat rendah, di mana berat badan bayi kurang dari 1500 gr).
• Bayi baru lahir mengalami infeksi (sepsis neonatal).
• Bayi yang dilahirkan melalui persalinan risiko tinggi (persalinan dengan tindakan obstetrik dan tidak spontan).
• Bayi dengan cacat bawaan kompleks.
Menurut dokter Wikan, kasus kesulitan bernapas pada bayi sebenarnya masih dapat dicegah. Dalam kasus bayi prematur misalnya, pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian obat kortikosteroid pada ibu menjelang proses persalinan.
Apabila bayi telanjur lahir, lanjutnya, pemberian terapi pendukung (supportif) harus segera dilakukan.
“Terapi yang dimaksud misalnya, dengan pemberian oksigen murni, surfaktan untuk mempercepat pematangan paru-paru, alat bantu napas mekanik dan beberapa obat pemicu gerakan pernapasan,” jelas dokter Wikan. Bentuk pencegahan lain tentu harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Agar bayi segera mendapat pertolongan, orangtua perlu mengenali gejala bayi sulit bernapas. Berikut adalah gejala kesulitan bernapas pada bayi yang baru lahir seperti disampaikan dr. Wikan:
- Frekuensi napas yang cepat bahkan lebih dari 70 kali per menit.
- Terdapat tarikan dinding dada ke dalam (retraksi), yang terlihat di otot sela iga (intercostal), bawah iga (subcostal) atau atas tulang dada (suprasternal).
“Bayi baru lahir sulit bernapas juga dapat dilihat dari adanya napas cuping hidung, yaitu lubang hidung terlihat bergerak-gerak sesuai irama napas,” ujar dr. Wikan.
Bagi orangtua yang bayinya sulit bernapas, tak perlu panik. Namun, setiap bayi yang mengalami henti napas, harus segera mendapat pertolongan yang memungkinkan oksigen masuk dan bayi berusaha bernapas spontan kembali.
Berikut adalah pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika bayi memperlihatkan gejala sulit bernapas:
• Bersihkan jalan napas dari kotoran, susu ataupun lendir
• Berikan oksigen murni dan lakukan resusitasi jantung paru.
• Jika kondisi tidak segera membaik, bayi harus mendapatkan bantuan pernapasan menggunakan alat bantu napas mesin elektrik (ventilator), lakukan koreksi kelainan cairan tubuh dan keseimbangan elektrolit, serta pemberian obat-obat lain sesuai kebutuhan.
• Pemberian surfaktan yang dapat mematangkan fungsi paru-paru yang masih prematur.
Comments
Post a Comment
Thank You
Admin.